Selasa, 23 Oktober 2012
Jumat, 19 Oktober 2012
Lima Gunung Paling Angker di Indonesia
Lima Gunung Paling Angker di Indonesia
Pertama-tama kita harus mengetahui,
apakah angker itu? Secara psikologi angker bisa berarti tampak seram dan
tidak semua orang dapat menjamahnya karena dianggap “berhantu” atau
bisa berarti juga tampak menyeramkan dan menakutkan.
Tidak seperti di “dunia barat” yang semuanya berdasarkan fakta keilmuan atau science,
disebagian negara di dunia masih percaya akan keberadaan hantu atau
keberadaan dimensi lain yang kasat mata dan belum bisa dibuktikan secara
ilmiah. Ya karena tak semua hal di jagat raya ini dapat dibuktikan
secara ilmiah atau secara keilmuan.
Tempat-tempat angker banyak dan terdapat
dimana-mana, menyebar diseluruh belahan dunia ini. Termasuk ditempat
yang jarang dikunjungi atau keberadaanya jauh dari perkotaan dan
keramaian, salah satunya adalah gunung.
Gunung angker selalu menakutkan salah
satunya yang menjadi korban gunung angker adalah pesawat Sukhoi
Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak pada tahun 2011 dan masih
menjadi misteri apa penyebab pesawat terbaru dan canggih btana Russia
itu sampai jatuh dengan sebab yang masih misterius.
Hingga ada dugaan bahwa pesawat Sukhoi
superjet itu jatuh dikaitkan keangkeran dari Gunung Salak yang
memancarkan aura mistis. Wow!
Aura mistis sangat kental tak hanya ada
di kawasan Gunung Salak, namun masih ada beberapa Gunung lagi yang
dianggap angker dan memacarkan aura mistis oleh masyarakat. Mau tahu
gunung apa aja itu simak 5 Gunung paling angker di Indonesia berikut ini
:
1. Gunung Salak, Jawa Barat (satellite view)
Gunung yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 ini dikenal sebagai tempat yang menyimpan banyak misteri. Pesawat Sukhoi yang jatuh pada 9 Mei 2012 bukanlah pesawat pertama yang jatuh di gunung ini. Sebelumnya, sudah ada enam kali pesawat jatuh di kawasan Gunung Salak. (baca: Misteri Gunung Salak Dan Beberapa Kecelakaan Pesawat)
Gunung yang menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 ini dikenal sebagai tempat yang menyimpan banyak misteri. Pesawat Sukhoi yang jatuh pada 9 Mei 2012 bukanlah pesawat pertama yang jatuh di gunung ini. Sebelumnya, sudah ada enam kali pesawat jatuh di kawasan Gunung Salak. (baca: Misteri Gunung Salak Dan Beberapa Kecelakaan Pesawat)
Gunung yang menjadi wisata pendakian ini juga kerap menuai kisah misteri dari para pendakinya.
Banyak pendaki yang mendengar suara
gamelan atau bahkan hingga melihat penampakan mahluk halus saat mendaki
Gunung Salak. Bahkan, tidak sedikit pendaki yang hilang di Gunung Salak.
Selain pendakian, tempat wisata lain di
Gunung Salak juga dianggap mistis, contoh Kawah Ratu dan Curug Seribu
yang juga banyak menelan korban.
Tak sedikit wisatawan tewas karena
keracunan belerang di Kawah Ratu atau tenggelam saat berenang di kolam
Curug Seribu. Hal ini mengundang banyak cerita misteri di Gunung Salak.
2. Gunung Halimun, Jawa Barat (satellite view)
Gunung Halimun adalah gunung tak aktif, namun gunung dengan kompleks pegunungan yang luas ini merupakan gunung yang terletak di antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Lebak. Gunung dengan ketinggian sekira 1.925 mdpl ini dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Di sebelah timur gunung ini terdapat Gunung Salak.
Gunung Halimun adalah gunung tak aktif, namun gunung dengan kompleks pegunungan yang luas ini merupakan gunung yang terletak di antara Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Lebak. Gunung dengan ketinggian sekira 1.925 mdpl ini dikelilingi oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Di sebelah timur gunung ini terdapat Gunung Salak.
Di wilayah sekitar Halimun Bogor dan
sekitarnya ada benteng-benteng milik Prabu Siliwangi yang katanya tak
kelihatan, pusat kerajaan ada di Gunung Salak, sebenarnya ini sudah
menjadi rahasia umum.
Catatan sejarah soal Kerajaan Siliwangi pasca kehancurannya setelah diserang Kesultanan Banten pada 1620-an.
Konon, ratusan macan gembong atau harimau
bertempat tinggal di sebuah bangunan dekat Kebun Raya Bogor sekarang.
Selain itu, ditemukan rawa berisi badak di sekitar Sawangan.
Tempat ini dahulunya dinamakan Rawa
Badak, dimana di bagian ujungnya ditemukan situs parit dan bekas tembok
keraton yang dijadikan sarang macan.
Kini, sarang macan ini dikenal pertigaan
beringin di Sawangan. Selain catatan-catatan arkeologi, ada catatan
mistis tentang segitiga Bogor.
Sisa-sisa dari Laskar Perang Bubat
melarikan diri ke Gunung Salak, sementara sisa-sisa dari punggawa
Siliwangi yang diserang Banten lari ke Gunung Halimun.
Tempat dimana seringnya pesawat menghilang ini mirip Segitiga Bermuda dan Segitiga Formosa.
Gunung Halimun dan Gunung salak mirip
Gunung Lawu yang disucikan Majapahit; tak boleh ada yang melintasi
diatasnya, katanya burungpun bisa mati bila melewati satu titik tanah
yang sakral.
3. Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah & Jawa Timur (satellite view)
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi.
Gunung Lawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi.
Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air dan belerang.
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, yakni
Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini
adalah puncak tertinggi.
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah
tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah
Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.
Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit, yakni Candi Sukuh dan Candi Cetho.
Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat Praja Mangkunagaran, yaitu Astana Girilayu dan Astana Mangadeg.
Di dekat komplek ini terletak Astana Giribangun, pemakaman untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Soeharto.
Gunung Lawu menyimpan sejumlah teka-teki
yang hingga kini masih menjadi misteri, terutama pada tiga puncak
utamanya yang menjadi tempat penuh mitos bagi masyarakat Jawa.
Puncak Hargo Dalem diyakini sebagai tempat pemusnahan diri Raja Majapahit Prabu Brawijaya Pamungkas.
Sementara, Harga Dumilah merupakan lokasi penuh misteri yang menjadi tempat olah batin dan bersemedi.
Gunung Lawu disebut-sebut sebagai pusat
kegiatan spiritual di Tanah Jawa, yang bertalian erat dengan budaya dan
tradisi Keraton Yogyakarta.
Tak heran, setiap orang yang hendak melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu harus memahami dan mematuhi segala larangan.
Jika melanggar, maka orang tersebut diyakini akan celaka saat mendaki Gunung Lawu.
4. Gunung Ceremai, Jawa Barat (satellite view)
Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah ganda.
Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kawah ganda.
Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 meter.
Pada ketinggian sekira 2.900 meter dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.
Gunung Ciremai dengan jalur mautnya dan
seringnya jatuh korban dari para pendaki ternyata menimbulkan berbagai
kisah menyeramkan.
Beberapa kawasan di gunung ini
diceritakan memiliki aura mistik yang kental. Salah satunya situs
Kuburan Kuda, yang merupakan kuburan kuda tentara Jepang di masa
penjajahan. Jika melewati daerah ini sering terdengar ringkikan kuda
tanpa ada wujudnya.
Ada pula Situs Papa Tere, yang dianggap angker karena pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak oleh ayah tirinya.
Situs Sangga Buana dan Pengasungan juga dikabarkan angker karena sering terdengar derap langkah kaki para serdadu Jepang.
Menurut cerita, tempat ini dulunya menjadi tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.
5. Gunung Merapi, Yogyakarta (satellite view)
Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gunung ini sangat berbahaya karena
menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua
sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat
padat.
Selain itu, Gunung Merapi juga dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus.
Panembahan Senopati pendiri kerajaan
Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang
dengan bantuan penguasa Merapi.
Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan.
Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain
dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk- makhluk lainnya yang
mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.
Tempat-tempat yang paling angker di
Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton
makhluk halus Gunung Merapi.
Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah
batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat
dipercaya sebagai tempat yang sangat angker.
“Pasar Bubrah” tersebut dipercaya
masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang
berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk
halus. (okezone.com)
sejarah gunung selamet
Gunung Slamet adalah gunung yang berada di kabupaten Purbalingga, Brebes dan Banjarnegara. Tepatnya di sebelah Barat kota Purbalingga dan sebelah Utara kota Purwokerto pada ketinggian Gunung ini mencapai 3432 m dpl dan termasuk gunung berapi tertinggi di Jawa dengan memiliki 4 buah kawah aktif yang terletak di puncaknya, sehingga dianjurkan untuk mendaki puncak sebelum pukul 10 pagi untuk menghindari adanya gas beracun. Dari puncak dapat terlihat gunung-gunung lainnya di jawa tengah seperti gunung Sumbing, Sindoro, merbabu, merapi bahkan kalau sedang cerah bisa melihat gunung Lawu.
Pada bulan-bulan tertentu cuaca di gunung ini sangat ekstrim dan seringkali terjadi badai pada puncaknya, suhu udara turun dengan drastis untuk mengantisipasinya jangan lupa membawa baju hangat, jas hujan dan kantung tidur agar tidak terkena hipotermia jika ingin mendaki gunung ini. Sebagian jalur pendakian amat curam dan pada musim hujan, jalur pendakian menjadi semakin berat karena jalur tersebut terisi oleh air.
Sebagian masyarakat jawa mempercayai bahwa gunung slamet adalah pusat dari pulau Jawa. Mereka juga menyebut gunung ini dengan nama gunung Lanang. Bahkan mereka juga percaya bahwa gunung ini adalah gunung yang angker, yang banyak didiami oleh mahluk halus. Terlepas dari mitos dan kepercayaan yang ada, gunung ini merupakan gunung yang indah, terutama di Pelawangan yaitu daerah sebelum puncak.
Ada beberapa pintu masuk untuk mendaki gunung ini yaitu melalui Bambangan, Batu Raden, Kaliwadas dan Randudongka. Tapi jalur resminya adalah melalui Bambangan, jalur-jalur lainnya sudah ditutup untuk keselamatan. Pemandangan yang di temui melalui pintu masuk Bambangan cukup beragam, dari pintu masuk perkebunan mendominasi rute perjalanan, lalu berganti dengan hutan hujan tropis, mendekati puncak berganti dengan semak semak, dan puncaknya berupa batu-batuan dan pasir. Jalur yang ditempuh cukup sulit dengan rata-rata kemiringan lebih dari 400.
Jalur Bambangan:
Bambangan merupakan sebuah desa yang terletak di lereng gunung slamet.
Dari desa ini menuju pos pertama melalui perkebunan sayur yang masih dapat ditempuh dengan motor sampai pos pesanggrahan perum perhutani Serang, setalah itu perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Biasanya pendaki memulai perjalanan pada sore untuk menghindari panasnya sengatan matahari ketika berjalan diperkebunan yang terbuka.
BAGAIMANA cerita terjadinya Gunung Merapi? Bila kita berada di wilayah Kawastu, kalangan penduduk di sana masih mempercayai bahwa Gunung Merapi adalah penjelmaan dari perubahan Gunung Jamurdipo. Menurut cerita yang beredar di sana, sebagaimana diungkapkan Lucas Sasongko Triyoga dalam bukunya, Manusia Jawa dan Gunung Merapi (Gadjah Mada University Press, 1991), sewaktu Pulau Jawa diciptakan para desa, keadaannya tidak seimbang. Karena miring ke barat. Ini disebabkan di ujung barat terdapat Gunung Jamurdipo.
Atas prakarsa Dewa Krincingwesi, gunung tersebut dipindahkan ke bagian tengah agar terjadi keseimbangan. Pada saat yang bersamaan, di tengah Pulau Jawa terdapat dua empu kakak beradik, yakni Empu Rama dan Permadi. Keduanya tengah membuat keris pusaka Tanah Jawa. Mereka oleh para dewa telah diperingatkan untuk memindahkan kegiatannya tetapi keduanya bersikeras. Mereka tetap akan membuat pusaka di tengah Pulau Jawa. Maka, Dewa Krincingwesi murka. Gunung Jamurdipo kemudian diangkat dan dijatuhkan tepat di lokasi kedua empu itu membuat keris pusaka. Kedua empu itu, akhirnya meninggal. Terkubur hidup-hidup karena kejatuhan Gunung Jamurdipo. Untuk memperingati peristiwa tersebut, Gunung Jamurdipo kemudian diubah menjadi Gunung Merapi. Artinya, tempat perapian Empu Rama dan Permadi. Roh kedua empu itu kemudian menguasai dan menjabat sebagai raja dari segala makhluk halus yang menempati Gunung Merapi.
Mitos tentang asal-usul Gunung Merapi ini ternyata juga muncul dengan versi lain di Korijaya. Menurut cerita yang terjadi di sana, ketika di dunia ini belum terdapat kehidupan manusia kecuali para dewa di Kahyangan, keadaan dunia pada saat itu tidak stabil, miring dan tidak seimbang. Batara Guru lantas memerintahkan para dewa untuk memindahkan Gunung Jamurdipo yang semula terletak di Laut Selatan, agar Pulau Jawa menjadi seimbang. Gunung itulah yang kemudian dijadikan batas utara Jogyakarta. Sebelum Batara Guru memerintahkan para dewa untuk memindahkan gunung itu, Empu Rama dan Permadi diutus membuat keris pusaka Tanah Jawa. Padahal gunung itu akan dipindahkan di tempat kegiatannya. Karena kedua empu itu diperintah Batara Guru, tak maulah mereka pindah dari situ. Sebab, ada sabda pandhita ratu, datan kenging wola-wali. Artinya, perkataan ratu tidak boleh berubah-ubah atau plin-plan.
Maka, terjadilah pertempuran. Empu Rama dan Permadi menang atas dewa-dewa. Mendengar hal itu, Betara Guru lantas memerintahkan Batara Bayu agar kedua empu itu dihukum. Dikubur hidup-hidup karena membangkang Jamurdipo. Akhirnya, menurut mitos itu, Jamurdipo ditiup dari Laut Selatan oleh Batara Bayu dan terbang kemudian jatuh tepat di atas perapian. Kejadian ini akhirnya mengubur mati kedua empu yang dinilai pembangkang itu. Karena dipindahkan ke perapian, maka Gunung Jamurdipo akhirnya dinamakan Gunung Merapi. Kedua empu itu akhirnya menjadi penguasa makhluk halus yang tinggal di Merapi.
Sesudah peristiwa itu, Barata Narada diutus Batara Guru untuk memeriksa Gunung Merapi. Ternyata ia menemukan ular naga yang belum menghadap para dewa karena terhalang air mata gunung yang bernama Cupumanik. Narada kemudian membawa Cupumanik menghadap para dewa. Cupumanik yang menyebabkan semuanya jadi terlambat, akhirnya dihukum mati. Tetapi Batara Guru murka melihat kenyataan, bahwa Cupumanik menggunakan kesaktiannya sehingga hukuman mati itu tak membawa hasil.
Oleh Batara Guru tubuh Cupumanik kemudian diangkat dan dibanting di atas tanduk lembu Andini. Andini adalah kendaraan pribadi Batara Guru. Tubuh Cupumanik hancur lebur, berantakan dan dari tubuhnya muncul seorang putrid cantik. Namanya Dewi Luhwati. Akibat bantingan yang luar biasa itu, salah satu tanduk Andini patah menjadi dua. Sedang kecantikan Dewi Luhwati membuat Batara Guru terpesona dan jatuh cinta.
Tentang asal usul nama Merapi ini, menurut Lucas, terdapat versi lain yang beredar di kalangan abdi dalem khususnya yang melaksanakan upacara Labuhan ke Merapi. Konon, di bumi telah berdiri beberapa kerajaan yang saling berperang. Salah satu kerajaan itu, yakni Mamenang, merupakan kerajaan pemenangnya. Kerajaan itu berada di bawah pimpinan Maharaja Kusumawicitra.
Waktu itu Resi Sengkala atau Jaka Sengkala atau Jitsaka— kalangan umum menyebutnya Ajisaka— telah memberikan nama-nama gunung di seluruh Jawa. Sebelum datang ke Pulau Jawa, sang resi adalah raja yang bertahta di Kerajaan Sumatri. Karena kemenangan Maharaja Kusumawicitra itu, maka segala sesuatu yang berada di bawah kekuasaannya diganti namanya disesuaikan dengan kebudayaan Mamenang.
misteri gunung salak
Tatang yang merupakan warga asli Cipelang,
Cijeruk, Kabupaten Bogor, ini mengungkapkan Gunung Salak menyimpan
seribu cerita mistik yang dipercaya kebenaran oleh sebagian masyarakat
setempat.Satu di antaranya, adanya sebuah makam keramat yang terletak di Puncak Mani, Gunung Salak.
"Di situ, ada makam keramat yang suka dikunjungi orang-orang, ada dari Palembang, dari Medan. Namanya Puncak Mani," ujar Tatang saat ditemui di sekitar Pos Utama Evakuasi Kecelakaan SS 100, Balai Embrio Ternak Kementerian Pertanian Cipelang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5/2012).
Menurut Tatang yang mempunyai hobi berburu burung dan babi di Gunung Salak ini, butuh waktu sekitar enam jam dari Balai Embrio Ternak ke makam tersebut. Dan tidak ada jalan umum yang bisa digunakan untuk menuju ke lokasi makam tersebut.
"Jalannya tidak bagus, kita harus jalan merayap di tebing kalau mau ke makam itu. Sangat sulit, karena tidak ada yang buka jalan ke sana," ungkapnya.
Ia mengatakan, tidak hanya warga lokal, warga dari luar Bogor pun sering menjadikan makam tua tersebut sebagai tempat persemedian dengan tujuan masing-masing. "Namanya kalau kita ke puncak mani, jalannya tidak seperti tebing begini, tapi sudah bebatuan, pohon dan akar besar," imbuhnya.
Tatang mengaku sedikit kecewa karena tim SAR gabungan gelombang pertama yang berjumlah sekitar 72 orang tak melibatkan warga lokal dalam pencarian korban. Padahal, warga lokal yang paling mengetahui beratnya medan dan sejarah di Gunung Salak.
Menurutnya, sebelumnya Gunung Salak juga telah menelan korban jiwa, di mana sembilan mahasiswa yang mendaki tewas dan pesawat jenis Cassa jatuh di lokasi yang tak jauh dari tempat jatuhnya SS100.
"Memang ketingginya (lokasi SS100 jatuh) cuma 2.100 meter, tapi karena saya orang asli di sini, jadi sudah tahu. Dulu saja yang sembilan mahasiswa, ketinggian tebing cuma 200 meter, kami hanya bisa duduk saja di bawah. Yang kecelakaan pesawat Cassa di situ. Dan di situ ada Batu Tatap dan jurang di situ. Itu SAR angkat tangan, tapi begitu masyarakat di sini cuma bertiga terjun, bisa mudah mengangkat mayat," ujarnya.
Ia mengungkapkan, satu hal tabu yang pantang dilakukan warga saat mendaki Gunung Salak adalah menyebut bertanya posisi Salak. Hal itu dianggap sebagai penghinaan. "Dari dulu memang mistiknya begitu. Makanya, nanti saya mau menitip ke kepala Basarnas yang mau (naik) ke Gunung Salak, 'Jangan tanya mana Salaknya'. Jangan coba-coba tanya begitu. Kedua, kalau kita kencing harus numpang-numpang. Memang keanehannya Gunung Salak seperti itu," ungkapnya.
Tatang menyangsikan tim SAR gabungan yang berangkat pada pukul 13.00 WIB, mampu kembali ke Pos Utama jika menemukan lokasi jatuhnya pesawat SS100.
"Saya perkirakan mereka bisa kembali pukul 18.00 WIB. Tapi, kami enggak jamin, mereka kembali lagi ke sini. Jangankan malam, siang saja kabut sudah turun di sini. Saya saja dulu, sampai pernah tidur dengan orang tua yang ada di dekat lokasi itu," tukasnya.
GUNUNG RAUNG (3332 mdpl)
Gunung Raung
adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung
pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah
kalderanya yang berbentuk elips sekitar 500 meter dalamnya, selalu
berasap dan sering menyemburkan api dan terdapat kerucut setinggi kurang
lebih 100m.
Gn.Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan. Gunung paling timur yang ada di pulau jawa ini, keindahannya dapat kita lihat dari pulau Bali, tepatnya ketika kita berada di pantai Lovina Singaraja Bali Utara pada akhir siang atau ketika sunset di Lovina Beach. Keindahan gunung raung ini akan terlihat indah. Jajaran pegunungan berapi di timur pulau jawa ini memiliki keindahan yang sangat unik.
Untuk mendaki G. Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso terus menuju desa Sumber Wringin dengan menggunakan Colt melalui Sukosani. Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju Pondok Motor atau Pos pendaki dimana kita dapat menjumpai seorang juru kunci yang bernama Pak Serani.
Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat, kemudian kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam.
Dari Pondok Motor ke G. Raung, dimulai dengan melalui kebun selama 1 jam lalu pendakian memasuki hutan dengan sudut pendakian yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 20 derajat. Hutan gunung ini terdiri dari pohon glentongan, arcisak, takir dan lain-lain.
Setelah pendakian selama 2 jam atau sekitar 1300 – 1400 m pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun sampai ketinggian sekitar 1500 – 1600 m. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju pondok sumur (1750 M). setelah itu pendakain akan mulai sulit dan sudut pendakian mulai membesar dan jalur pendakian kurang jelas karena hanya semak-semak dan kemudian terus mendaki selama 3 jam hingga dicapai Pondok Demit.
Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam hingga dicapai batas hutan, yang dikenal dengan nama Pondok Mantri atau Parasan pada ketinggian sekitar 2900 – 3000 m. di tempat inilah pendakian beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju puncak G. Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 (dua) jam saja.
Puncak G. Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang jelas untuk menuju dasar kawah sehingga pendaki yang bermaksud menuruni kawah agar mempersiapkan tali temali ataupun peralatan lainnya untuk sebagai langkah pengamanan.
Sesungguhnya masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tidak dapat mendaki ke sana, sebab selain tidak ada jalan juga hutannya masih terlalu lebat.
Dalam perjalanan ke Puncak G. Raung, tidak ada mata air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk mendaki G. Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin.
MISTERI GUNUNG RAUNG
Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama-nama pos pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin. Semua itu mempunyai sejarah tersendiri hingga dinamakan demikian.
Pondok Sumur misalnya, katanya terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada, hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah,juga terdengar suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda.
Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, pada hari-hari tertentu akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu.
Pondok Mayit adalah pos yang sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh oleh para pejuang saat itu.
Tak jauh dari Pondok Mayit, adalah Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya kota Bondowoso dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang terjal.
Sebelah barat yang merupakan perbukitan terjal itu adalah lokasi kerajaan Macan Putih, singgasananya Pangeran Tawangulun. Di sini, juga sering terengar derap kaki suara kuda dari kereta kencana. Konon, pondok Angin ini merupakan pintu gerbang masuk kerajaan gaib itu.
Konon, di perbukitan yang mengelilingi kaldera itulah kerajaan Macan Putih berdiri. Sebuah kerajaan yang berdiri saat gunung ini meletus tahun 1638. Pusatnya terletak di puncak Gunung Raung. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Pangeran Tawangulun. Beliau adalah salah-satu anak raja Kerajaan Majapahit yang hilang saat bertapa di gunung. Keberadaan kerajaan itu sedikit banyak masih memiliki hubungan yang erat dengan penduduk setempat. Misalnya bila terjadi upacara pernikahan di kerajaan, maka hewan-hewan di perkampungan banyak yang mati. Hewan-hewan itu dijadikan upeti bagi penguasa kerajaan.
Konon, menurut masyarakat setempat, seluruh isi dan penghuni kerajaan Macan Putih lenyap masuk ke alam gaib atau dikenal dengan istilah mukso. Dan hanya pada saat tertentu, tepatnya setiap malam jum’at kliwon, kerajaan itu kembali ke alam nyata.
Pangeran Tawangulun dipercaya merupakan salah satu suami dari Nyai Roro Kidul. Setiap malam jum’at itulah penguasa laut selatan mengunjungi suaminya. Biasanya, akan terdengar suara derap kaki kuda ditempat yang sakral. Suara tersebut berasal dari kereta kencana Sang Ratu yang sedang mengunjungi sang suami Pangeran Tawangulun. Bila mendengar suara tersebut lebih baik pura-pura tidak mendengar. Jika dipertegas, suara akan bertambah keras dan mungkin akan menampak wujudnya. Bila demikian, kemungkinan kita akan terbawa masuk ke alam gaib dan kemudian dijadikan abdi dalem kerajaan Macan Putih.
Gn.Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangannya benar-benar menakjubkan. Gunung paling timur yang ada di pulau jawa ini, keindahannya dapat kita lihat dari pulau Bali, tepatnya ketika kita berada di pantai Lovina Singaraja Bali Utara pada akhir siang atau ketika sunset di Lovina Beach. Keindahan gunung raung ini akan terlihat indah. Jajaran pegunungan berapi di timur pulau jawa ini memiliki keindahan yang sangat unik.
Untuk mendaki G. Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso terus menuju desa Sumber Wringin dengan menggunakan Colt melalui Sukosani. Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju Pondok Motor atau Pos pendaki dimana kita dapat menjumpai seorang juru kunci yang bernama Pak Serani.
Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat, kemudian kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam.
Dari Pondok Motor ke G. Raung, dimulai dengan melalui kebun selama 1 jam lalu pendakian memasuki hutan dengan sudut pendakian yang tidak terlalu besar yaitu sekitar 20 derajat. Hutan gunung ini terdiri dari pohon glentongan, arcisak, takir dan lain-lain.
Setelah pendakian selama 2 jam atau sekitar 1300 – 1400 m pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun sampai ketinggian sekitar 1500 – 1600 m. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju pondok sumur (1750 M). setelah itu pendakain akan mulai sulit dan sudut pendakian mulai membesar dan jalur pendakian kurang jelas karena hanya semak-semak dan kemudian terus mendaki selama 3 jam hingga dicapai Pondok Demit.
Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam hingga dicapai batas hutan, yang dikenal dengan nama Pondok Mantri atau Parasan pada ketinggian sekitar 2900 – 3000 m. di tempat inilah pendakian beristirahat untuk berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), selanjutnya menuju puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju puncak G. Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 (dua) jam saja.
Puncak G. Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Dari pinggir kawah tidak terdapat jalur yang jelas untuk menuju dasar kawah sehingga pendaki yang bermaksud menuruni kawah agar mempersiapkan tali temali ataupun peralatan lainnya untuk sebagai langkah pengamanan.
Sesungguhnya masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tidak dapat mendaki ke sana, sebab selain tidak ada jalan juga hutannya masih terlalu lebat.
Dalam perjalanan ke Puncak G. Raung, tidak ada mata air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk mendaki G. Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin.
MISTERI GUNUNG RAUNG
Keangkeran Gunung Raung sudah terlihat dari nama-nama pos pendakian yang ada, mulai dari Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin. Semua itu mempunyai sejarah tersendiri hingga dinamakan demikian.
Pondok Sumur misalnya, katanya terdapat sebuah sumur yang biasa digunakan seorang pertapa sakti asal Gresik. Sumur dan pertapa itu dipercaya masih ada, hanya saja tak kasat mata. Di Pondok Sumur ini, saat berkemah,juga terdengar suara derap kaki kuda yang seakan melintas di belakang tenda.
Selanjutnya Pondok Demit, disinilah tempat aktivitas jual-beli para lelembut atau dikenal dengan Parset (Pasar Setan). Sehingga, pada hari-hari tertentu akan terdengar keramaian pasar yang sering diiringi dengan alunan musik. Lokasi pasar setan terletak disebelah timur jalur, sebuah lembah dangkal yang hanya dipenuhi ilalang setinggi perut dan pohon perdu.
Pondok Mayit adalah pos yang sejarahnya paling menyeramkan, karena dulu pernah ditemukan sesosok mayat yang menggantung di sebuah pohon. Mayat itu adalah seorang bangsawan Belanda yang dibunuh oleh para pejuang saat itu.
Tak jauh dari Pondok Mayit, adalah Pondok Angin yang juga merupakan pondok terakhir atau base camp pendaki. Tempat ini menyajikan pemandangan yang memukau karena letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga kita dapat menyaksikan pemandangan alam pegunungan yang ada disekitarnya. Gemerlapnya kota Bondowoso dan Situbondo serta sambaran kilat jika kota itu mendung, menjadi fenomena alam yang sangat luar biasa. Namun, angin bertiup sangat kencang dan seperti maraung-raung di pendengaran. Karenanya gunung ini dinamakan Raung, suara anginnya yang meraung di telinga terkadang dapat menghempaskan kita didasar jurang yang terjal.
Sebelah barat yang merupakan perbukitan terjal itu adalah lokasi kerajaan Macan Putih, singgasananya Pangeran Tawangulun. Di sini, juga sering terengar derap kaki suara kuda dari kereta kencana. Konon, pondok Angin ini merupakan pintu gerbang masuk kerajaan gaib itu.
Konon, di perbukitan yang mengelilingi kaldera itulah kerajaan Macan Putih berdiri. Sebuah kerajaan yang berdiri saat gunung ini meletus tahun 1638. Pusatnya terletak di puncak Gunung Raung. Kerajaan tersebut dipimpin oleh Pangeran Tawangulun. Beliau adalah salah-satu anak raja Kerajaan Majapahit yang hilang saat bertapa di gunung. Keberadaan kerajaan itu sedikit banyak masih memiliki hubungan yang erat dengan penduduk setempat. Misalnya bila terjadi upacara pernikahan di kerajaan, maka hewan-hewan di perkampungan banyak yang mati. Hewan-hewan itu dijadikan upeti bagi penguasa kerajaan.
Konon, menurut masyarakat setempat, seluruh isi dan penghuni kerajaan Macan Putih lenyap masuk ke alam gaib atau dikenal dengan istilah mukso. Dan hanya pada saat tertentu, tepatnya setiap malam jum’at kliwon, kerajaan itu kembali ke alam nyata.
Pangeran Tawangulun dipercaya merupakan salah satu suami dari Nyai Roro Kidul. Setiap malam jum’at itulah penguasa laut selatan mengunjungi suaminya. Biasanya, akan terdengar suara derap kaki kuda ditempat yang sakral. Suara tersebut berasal dari kereta kencana Sang Ratu yang sedang mengunjungi sang suami Pangeran Tawangulun. Bila mendengar suara tersebut lebih baik pura-pura tidak mendengar. Jika dipertegas, suara akan bertambah keras dan mungkin akan menampak wujudnya. Bila demikian, kemungkinan kita akan terbawa masuk ke alam gaib dan kemudian dijadikan abdi dalem kerajaan Macan Putih.
Kamis, 18 Oktober 2012
Asal Usul Gunung Sumbing
– Mendenga istilah kata sumbing, spontanitas yang terlintas di benak
kita adalah bibir yang tidak sempurna alias robek dan lain-lain. Namun
ternyata kata tersebut (sumbing) menjadi salah satu nama gunung yang
terletak di pulau jawa tepatnya di kabupaten magelang, temanggung dan
wonosobo. Gunung ini mempunyai ketinggian 3.371 meter. Gunung Sumbing
kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane,
dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Sebagian besar wilayah di gunung
ini telah digunakan untuk lahan pertanian. Di puncaknya gunung ini
mempunyai kawah yang masih aktif. Bagaimana asal usul cerita rakyat sekitar tentang gunung sumbing?
Apakah gunung tersebut robek atau sumbing seperti halnya bibir? Padahal
gunung tersebut mempunyai bentuk krucut. Untuk lebih jelasnya tentang
awal mula sejarah gunung sumbing, berikut ini awalmula.com kutip cerita
rakyat tentang asal usul gunung sumbing.
Pada zaman dulu hiduplah sepasang suami
istri yang dikaruniai dua anak laki-laki. Mereka hidup sebagai seorang
petani, yang hidupnya selaras dengan ritme alam pedesaan. Setipa
harinya, mereka beraktivitas di pedesaan yang asri nan sejuk. Pagi
diawali dengan mencangkul, bercocok tanam. Siang, selepas di tengah
teriknyasinar matahari, istirahat sejenak. Sore menjelang, tiba saatnya
untuk pulang ke rumah. Demikian roda dinamika kehidupan setiap hari,
nyaris tanpa perubahan. Akan tetapi melihat kedua anaknya, mereka selalu
bertengkar sepanjang hari. Perilaku anak-anak yang hampir kita jumpai
dalam setiap keluarga.
Karena mereka berdua selalu terlibat
dalam pertengkaran, suatu ketika, kesabaran sang ayah memuncak dan
melebihi batas. Akhirnya anak yang kedua terkena pukulan tangan ayah,
mengakibatkan bibirnya robek (“sumbing”). Hingga kini kedua anak
tersebut diabadikan sebagai nama gunung Si(ndoro) (yang sekarang Gunung
Sindoro) dan Si(sumbing)(sekarang Gunung Sumbing). Ndoro adalah julukan
kepada seseorang karena sikap santun, bijaksana dan selalu melindungi.
Adapun sumbing diberikan kepada anak yang nomor dua karena tingkahnya.
Gunung sumbing bila dilihat dari sisi timur atau barat akan terlihat
bagian tengah robek, melengkung ke bawah.
Rabu, 17 Oktober 2012
menikmati karya tuhan yang mah pemurah ucapkan syukur menghias lidah berharap kan selalu ter arah......
terik matahari di pagi hari menghibur jiwa yang sunyi ,cahaya semerbak menghiasi hati yang sedang sepi......
begitu indah nya kehangatan dan keakrapan alam pohon dan rumput menyambut dengan tarian.....
puji syukur kita panjat kan TUHAN YME,yang telah menciptakan dunia dan segala keindahanya,sampai saat ini kami masi memuji ciptaan MU,yang tiada tara meskipn dalam bentuk apapaun,dalam segi apapun akan terliat indah,trimakasih ya allah atas semua karunia yang telah engkau berikan kpd umat manusia....!!!!!!
Memandang langit nan indah
Menikmati ciptaan Sang Maha Pemurah
Ucapan syukur menghias lidah
Berharap kan bisa selalu terarah
Terik mentari di pagi hari
Menghibur jiwa yang sunyi
Cahanya semerbak menyinari hati
Berusaha temukan cinta sejati
Menikmati ciptaan Sang Maha Pemurah
Ucapan syukur menghias lidah
Berharap kan bisa selalu terarah
Terik mentari di pagi hari
Menghibur jiwa yang sunyi
Cahanya semerbak menyinari hati
Berusaha temukan cinta sejati
Hatiku kini tak lagi pilu
Terbuai dunia yang menipu
Kuberharap ini kan bersemi selalu
Demi mengharap cinta Dzat Yang Maha Tahu
Kuberharap hatiku kan secerah mentari
Bisa menerangi hati hati yang sunyi
Membangunkan jiwa jiwa yang sepi
Mengapai ridho ilahi
Terbuai dunia yang menipu
Kuberharap ini kan bersemi selalu
Demi mengharap cinta Dzat Yang Maha Tahu
Kuberharap hatiku kan secerah mentari
Bisa menerangi hati hati yang sunyi
Membangunkan jiwa jiwa yang sepi
Mengapai ridho ilahi
Selasa, 16 Oktober 2012
ini caraku mengenangmu..
dalam guyonan hangat yang sering kau lontarkan...
senyum mengembang bagaikan setiap hari begitu menyenangkan..
ini caraku mengingatmu...
dalam alunan lagu yang sering kau nyanyikan...
ini caraku mencintaimu....
dalam doaku menyertai hidupmu...
menutup hati untuk yang lain dan hanya berbagi denganmu...
ini caraku menyambutmu...
dengan bibir dan mata tersenyum...
walaupun terkadang aku diam, bukan karena aku marah...
tetapi menyembunyikan perasaan..
ini caraku mengharapkanmu...
duduk bersama dalam satu ruangan dan memohon petunjukNya..
ini caraku menghormatimu...
dengan mengikuti setiap keputusanmu..
keputusan untuk meninggalkanku...
selalu kucoba untuk melupakan..
walau kadang lirikan mata dan senyum centilmu masih belum sanggupku hilangkan dari ingatan..
dalam guyonan hangat yang sering kau lontarkan...
senyum mengembang bagaikan setiap hari begitu menyenangkan..
ini caraku mengingatmu...
dalam alunan lagu yang sering kau nyanyikan...
ini caraku mencintaimu....
dalam doaku menyertai hidupmu...
menutup hati untuk yang lain dan hanya berbagi denganmu...
ini caraku menyambutmu...
dengan bibir dan mata tersenyum...
walaupun terkadang aku diam, bukan karena aku marah...
tetapi menyembunyikan perasaan..
ini caraku mengharapkanmu...
duduk bersama dalam satu ruangan dan memohon petunjukNya..
ini caraku menghormatimu...
dengan mengikuti setiap keputusanmu..
keputusan untuk meninggalkanku...
selalu kucoba untuk melupakan..
walau kadang lirikan mata dan senyum centilmu masih belum sanggupku hilangkan dari ingatan..
Syair para pengiat alam
Syair para pengiat alam
Dingin, hening dan bisu
Di daun angin berbisik
“Hai Kelana tabahkan hatimu
Tuhan selalu bersamamu”
Petikan
syair dari lagu Kelana gubahan Iwan Abdurahman atau lebih dikenal
sebagai Abah Iwan. Abah Iwan tidak mau disebut pencipta lagu lebih
senang di sebut pengubah, kerena menurut Abah hanya Allah-lah yang
berhak disebut pencipta. Saya mengenal lagu ini ketika memulai aktif
menjadi pengiat alam bebas. Lagu-lagu gubahan Abah semacam menjadi lagu
wajib bagi para pengiat alam bebas, karena Abah mengubah lagu dengan
tema-tema yang sangat kental dengan alam. Dan ini mempunyai tempat
tersendiri bagi para pengiat alam bebas. Namun saat itu hanya
bersenandung aja, makna yang terkandung dalam syair itu belum terasa
dalam hati ini.
Membaca
artikel tentang Abah Iwan di majalah Tarbawi seakan mengingatkan masa
20 tahun yang lalu ketika memulai belajar menjadi pengiat alam bebas.
Saya baru terbuka dengan syair lagu kelana ini, “Di daun angin
berbisik” buat orang lain mungkin angin hanya sebatas angin saja, tapi
bagi seorang Abah Iwan angin adalah penyemangat dan pengingat. Begitu
dalam perenungannya terhadap alam ini. Semoga inspriasi Abah menjadi
contoh bagi orang untuk dapat menghargai alam ini.
“Hai Kelana tabahkan hatimu Tuhan selalu bersamamu”
by : Abah Iwan
Langganan:
Postingan (Atom)